Blender, Panci, dan Hari yang Tak Terduga di Sekolah

Refleksi Hari Sabtu, 26 Juli 2025 – SDN 105267 Sei Mencirim

Sudah lama rasanya sekolah tidak seramai ini. Sejak pagi, aroma semangat, sedikit panik, dan suara mondar-mandir anak-anak yang berlari-lari memenuhi halaman dan sudut sekolah. Hari ini, SDN 105267 Sei Mencirim resmi memulai kegiatan ekstrakurikuler perdana tahun ajaran baru 2025/2026. Bukan hanya siswa yang antusias, guru-guru pun terlihat semangat, walau sebagian karena tertarik dengan kabar bahwa akan ada demo produk blender dan panci. Ya, hari ini, dapur bertemu kelas atau ruang kelas menjadi dapur.

ESKUL dan Seni Memilih Minat

Kelas 3 hingga 6 diarahkan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat mereka. Ada karate, drama, tahfidz, olahraga, menari, dan menyanyi. Terlihat anak-anak menimbang-nimbang lebih serius dari saat mereka mengerjakan ujian Matematika. Seorang murid kelas 5 bertanya, “Pak, kalau saya suka menyanyi sambil menari, boleh ambil dua?” Saya senyum, lalu menjawab diplomatis, “Boleh, asal kuat nafasnya.”

Di sisi lain, kelas 1 dan 2 tetap menjalani pembelajaran seperti biasa. Tapi jangan salah, mereka juga penasaran melihat kakak-kakak kelasnya bersiap ikut karate dengan ikat pinggang, atau yang membawa kain selendang untuk menari. Beberapa bahkan mulai curi-curi pandang ke guru kelas sambil berbisik, “Bu, aku juga mau ESKUL…”

Saat Guru Belajar dari Penjual

Tepat pukul 10.00, berbarengan dengan kegiatan Pramuka untuk kelas 5 dan 6, semua guru dikumpulkan di ruang kelas 6-A. Bukan rapat, bukan pembinaan, tapi acara sosialisasi produk Blender, Panci Stainless, dan Madu, dipandu dua promotor handal: Mas Adi dan Mas Gondrong. Dari gaya mereka yang kocak, supel, dan penuh punchline, kami para guru sepakat: “Mereka ini kayaknya pernah ikut stand-up comedy!”

Dengan suara lantang dan ekspresi meyakinkan, Mas Adi membuka pembicaraan:

“Bapak Ibu… tanda-tanda gagal ginjal dimulai dari kolesterol, kurang minum air putih, dan terlalu sering minum kopi di pagi hari tanpa sarapan! Siapa yang tadi pagi cuma minum kopi?”

Beberapa guru langsung tertawa kecil sambil melirik ke saya.
Lalu dilanjutkan:

“Kalau berat badan 60 kg, harus minum 2 liter air per hari. Tapi bukan 2 liter sekali minum, nanti bukan sehat malah tenggelam!”

Tawa pun pecah. Penjelasan mereka tentang pentingnya jus sehat, proses detoks, dan bahaya kulkas untuk jus (ya, serius), disampaikan dengan penuh humor. Salah satu kalimat yang viral di ruang guru hari ini:

“Jus jangan didiamkan lebih dari 10 menit… nanti diminum orang lain!”

“Jus jangan dikasih kulkas… karena kulkas nggak bisa minum jus!”

Dan yang paling menyentuh, datang dari Bu Miftah yang dengan gaya lembut melontarkan kalimat puitis nan filosofis:

“Semua jus buah sudah hampir tidak berasa… karena hanya rindu yang membuat segala sesuatu menjadi berasa.”

Kami terdiam sebentar. Bukan karena merenung, tapi karena perut mulai keroncongan, ternyata belum sarapan!

Blender: Antara Kesehatan dan Idealisme

Ternyata blender bukan sekadar alat membuat jus. Di tangan Mas Adi, blender jadi simbol gaya hidup sehat. Ia bisa membuat jus, es krim buah, sampai bandrek sehat. Diperagakan pula cara mengupas buah tanpa alat, memblender tanpa suara, dan tips-tips agar anak mau minum jus tanpa merajuk.

Tapi yang paling menarik adalah sesi “terapi jus”. Katanya, kalau minum jus detoks dan langsung mencret, itu artinya tubuh sedang membuang racun. Seorang guru nyeletuk:

“Berarti kalau murid bandel, perlu jus detoks juga dong, biar keluar bandelnya?”

Mas Gondrong langsung jawab cepat:

“Kalau itu, detox-nya lewat ekstrakurikuler, Bu!”

Tawa pun pecah. Dan seperti belum cukup, Bu Ramadhani menambahkan dengan kalimat penuh kejujuran finansial:

“Kesehatan wanita itu bukan dari jus atau bandrek… tapi tergantung isi dompetnya!”

Sekejap suasana jadi meledak lagi.
Bu Tio dan Bu Dara hanya senyum-senyum sambil menatap gelas masing-masing.
Beberapa guru lain pura-pura mengecek saldo dompet, sambil bisik-bisik:

“Pantes, akhir-akhir ini gampang capek ya…”

Dan ya, kadang kesehatan memang bukan cuma urusan sayur dan jus… tapi juga cicilan dan saldo e-wallet. Wkwkwk.

Panci Stainless: Filosofi Kehidupan dari Dapur

Setelah blender, giliran panci stainless diperkenalkan. “Ini bukan panci sembarangan,” kata Mas Gondrong. “Ini panci dengan logam kelas satu, bisa buat menanak, merebus, bahkan menghangatkan suasana dapur rumah tangga yang dingin.”

Kami terbahak. Seolah panci ini bisa menyatukan keluarga yang renggang hanya dengan sop ayam hangat. Tapi jujur, saat melihat bentuk dan kilau pancinya, banyak guru mulai tergoda.

“Panci ini bisa untuk semua jenis kompor: gas, listrik, bahkan kompor rumah tangga yang hati-hati seperti ibu mertua.”

Bu Kepsek pun tertarik dan mulai bertanya tentang daya tahan panci saat dipakai merebus rendang.
Mas Adi menjawab cepat:

“Panci ini tahan lama, Bu. Yang nggak tahan itu… biasanya dompetnya.”

Pramuka dan Promosi: Berjalan Bersama

Sementara demo blender dan panci berlangsung, kegiatan Pramuka kelas 5 dan 6 tetap berjalan di lapangan.
Hari ini mereka dikenalkan dengan Kakak Pembina baru, yaitu Kak Danu, sosok muda, bersemangat, dan… masih agak kikuk saat mengatur barisan.

Anak-anak pun langsung antusias.
“Wah, Kak Danu kayaknya baru keluar dari YouTube ya?” bisik salah satu murid, karena gaya rambut dan senyum Kak Danu yang mirip seleb TikTok.

Latihan baris-berbaris dimulai pelan-pelan, sambil diselingi perkenalan dan candaan.
Ketika Kak Danu berteriak, “Siap… grak!” beberapa anak malah refleks angkat tangan kayak mau jawab soal.
Yang lain malah menjawab, “Siap Kak, tapi haus dulu yaa!”

Semua tertawa. Kak Danu juga santai menanggapi,

“Yang penting semangatnya dulu… kakinya belakangan bisa dilurusin!”

Meski masih awal perkenalan dan latihan kecil-kecilan, aura ceria dan rasa hormat mulai tumbuh. Anak-anak cepat akrab, dan Pramuka hari ini terasa seperti petualangan santai dengan sahabat baru. Di antara mereka, beberapa anak masih sibuk cerita soal “mesin pembuat es krim dari blender” yang mereka dengar saat itu.

Salah satu siswa nyeletuk:

“Pak, nanti beli blender ya, biar kita buat es krim bareng pas ulang tahun sekolah!”

Saya hanya tersenyum melihat dari jauh. Dalam hati terharu.
Ternyata yang mereka tangkap bukan soal jualan, tapi tentang kreativitas, kebersamaan, dan semangat untuk mencoba hal baru, baik di dapur, maupun di lapangan Pramuka.

Akhir yang Manis walau tanpa Gula

Hari ini ditutup dengan tawa, peluh, dan semangat. Guru-guru merasa terhibur dan tercerahkan. Anak-anak senang karena bisa belajar di luar kelas. Dan sekolah terasa lebih hidup karena semua lini bergerak: pendidikan, karakter, kesehatan, bahkan dapur!

Sebelum benar-benar bubar, saya sempat iseng keliling meja guru.
Saya motret meja-meja mereka satu per satu… dan hasilnya sungguh mencengangkan.
Rata-rata tiap guru punya lebih dari empat gelas minuman!

Bukan sembarang gelas. Tapi formasi lengkap: Gelas jus segar, Cup es krim buah, Cangkir bandrek rempah hangat, dan… satu gelas misterius: “nambah-nambah lagi” yang tidak bisa dijelaskan, tapi terus diisi ulang.

Saya sempat berpikir:

“Apakah ini bentuk dari kesadaran gaya hidup sehat? Atau… ini bentuk dari haus yang terlalu dalam?”

Entahlah. Tapi yang pasti, hari ini bukan hanya tentang blender dan panci.
Tapi tentang guru yang tertawa bersama. Tentang anak-anak yang semangat berkegiatan. Dan tentang dompet yang ikut menahan napas saat mendengar harga paket madu dan panci stainless.

Salam Sehat !!!!!


Komentar

6 tanggapan untuk “Blender, Panci, dan Hari yang Tak Terduga di Sekolah”

  1. Avatar yanti nainggolan
    yanti nainggolan

    Sayangnya pada saat itu saya tidak berada di tempat berhubung sedang mengajar di kelas 2 , sehingga saya tidak masuk dalam cerita blender dan panci 😁

    Sukses terus pak.

    1. tenang buuu….. masih banyak momen dan cerita yang akan kita pos di tahun 2025 …

  2. Avatar Rikka Yunita
    Rikka Yunita

    Sehat bukan hanya berasal dari jusnya saja tapi sehat juga berasal dari lingkungan sekitarnya juga.

    1. betul betul betulll….
      The Best Bu RIKA….

  3. Avatar tiolita

    Hari yang sibuk dan menyenangkan, semoga hari-hari seperti ini akan datang kedua kalinyaaa

    1. iya buu…
      tidak cuman dua kali…. tapi berkali kali…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *