Breaking News: ANBK Terganggu Mulut Proktor

Breaking News! Dari ruang ANBK MTs Al Washliyah Medan Krio, Sunggal, sebuah drama tak terduga menggebrak jalannya ujian nasional berbasis komputer. Bukan karena server pusat down, bukan karena laptop mogok kerja, tapi karena mulut proktor yang sedang memberontak akibat sakit gigi!

Ya, Anda tidak salah baca. Di tengah panasnya cuaca, lemahnya jaringan, dan listrik yang doyan njeplak, tiba-tiba muncul “pemain baru” yang bikin suasana jadi seperti sitkom: gigi proktor.

Pagi itu, semua panitia sudah siaga. Bu Kepsek bolak-balik masuk ruangan, wajahnya penuh doa dan harapan. Bu Ratna, pengawas eksternal, duduk anggun dengan tatapan serius, mirip wasit tinju yang siap menghentikan pertarungan kapan saja. Pak Meladi sibuk colok kabel, atur kursi, hingga wajahnya penuh keringat.

Sementara itu, saya sendiri duduk di depan layar monitor. Harusnya tampil gagah perkasa, penuh wibawa, seperti jenderal perang di garis depan. Tapi apa daya, pipi sebelah kiri membengkak, mulut sulit dibuka, dan tiap kali bicara suara saya mirip rapper gagap. Senyum? Jangan tanya. Senyum jadi investasi paling mahal hari itu.

Namun, semangat tak boleh redup. Walau gigi nyut-nyutan, saya tetap kibarkan semangat 45! Karena bukankah proktor adalah pahlawan di balik layar?

Peserta ujian masuk dengan wajah tegang. Laptop di depan mereka terlihat seperti monster asing. Ada yang memegang mouse seperti memegang tikus betulan. Ada yang mengetik keyboard seperti main piano. Dan ada juga yang kebingungan mencari tombol “next”, seolah-olah menunggu tombol “skip iklan” ala YouTube muncul.

Sambil menahan sakit gigi, saya memandu:

Anak-anak… klik ‘mulai’ di pojok kiri.”

Tapi tentu saja, ada yang malah buka kalkulator, ada yang klik volume, dan satu anak malah nyeletuk:

Pak, nggak ada tombol ‘pause’-nya ya?”

Baru saja anak-anak mulai fokus, drama berikutnya muncul. Jaringan internet mendadak lemot, jalannya seperti siput pakai sandal jepit. Loading bar di layar muter-muter tanpa ampun. Anak-anak mulai gelisah.

Belum sempat lega, JREEEEETTT!!
Listrik padam! Komputer mati, kipas berhenti, ruangan gelap sesaat. Semua mata terbelalak.

Saya yang sudah sakit gigi, hampir saja sakit hati. Bu Ratna melirik tajam, Bu Kepsek tarik napas panjang, dan Pak Meladi langsung panik colok kabel lagi.

Penyelidikan kilat pun dimulai. Ternyata bukan PLN pusat yang salah. Bukan juga kabel sekolah yang korslet. Dalangnya adalah… orang kantin!

Ya, pelaku sebenarnya adalah orang kantin yang dengan polosnya menyalakan pompa air.

Saya cuma mau bikin es teh, Pak…” katanya sambil nyengir.

Bayangkan, seluruh ruangan berjuang melawan jaringan lemot dan listrik labil, tapi kekalahan justru datang gara-gara es teh.

Saya, dengan pipi mendelep dan gigi cenat-cenut, hanya bisa berkata lirih:

Saya udah sakit gigi, tolong jangan ditambah sakit hati…”

Bu Ratna menahan tawa sampai bibirnya hampir robek. Bu Kepsek berusaha tetap anggun meski wajahnya jelas berkata “berikan kekuatan dan kesabaran ya Allah”. Sementara Pak Meladi? Dengan gaya pahlawan kesiangan, ia lari matikan pompa, pasang kabel, dan berseru:

Kalau listrik mati lagi, kita ujian pakai lilin aja sekalian!”

Walau listrik drama, jaringan lemot, dan gigi saya berontak, ANBK tetap berjalan. Anak-anak mulai terbiasa klik “next”, walau ada juga yang masih salah pencet. Suasana panas, keringat bercucuran, tapi semangat tetap berkobar.

Di balik layar, saya berjuang bukan hanya sebagai proktor, tapi juga pasien darurat. Setiap kali menelan ludah, terasa seperti menelan paku. Makan siang pun hambar, karena mulut dibuka saja sudah susah.

Tapi bukankah itu namanya pengorbanan? Kalau anak-anak bisa belajar klik mouse, kalau guru bisa sabar bolak-balik ruang ujian, masa proktor menyerah hanya karena gigi? Tidak! Sakit gigi boleh menyerang, tapi semangat harus tetap berdiri tegak.

ANBK kali ini memberi banyak pelajaran.

  • Dari jaringan: kita belajar bahwa sabar itu kuncinya. Loading bar yang muter-muter adalah latihan kesabaran sejati.
  • Dari listrik: kita belajar bahwa byar-pet adalah ujian iman.
  • Dari anak-anak: kita belajar bahwa adaptasi itu butuh proses. Klik “next” pun kadang butuh arahan.
  • Dari orang kantin: kita belajar bahwa es teh bisa lebih berbahaya dari virus komputer.
  • Dari proktor sakit gigi: kita belajar bahwa penderitaan bisa jadi hiburan bersama.

Dan tentu saja, kita belajar bahwa ujian sesungguhnya bukan hanya di layar komputer, tapi juga di gigi, di hati, dan di kantin.

Akhirnya, ANBK 2025 selesai dengan segala suka dukanya. Semua bisa berjalan, walau penuh drama. Ada tawa, ada panik, ada meringis, ada doa.

Pesan moralnya sederhana:

Kalau proktor bisa tahan sakit gigi sambil menghadapi listrik njeplak dan jaringan lemot, maka anak-anak juga pasti bisa tahan menghadapi soal HOTS.”

Dan satu hal yang akan selalu dikenang:

ANBK 2025 bukan terganggu jaringan, bukan terganggu listrik… tapi terganggu mulut proktor!

Pantun Jenaka!!

Jaringan lemot bikin geram,
Listrik njeplak bikin panik.
Walau proktor sakitnya dalam,
Tetap semangat, tetap asyik!

Ke kantin beli es teh manis,
Diminum sambil makan roti.
Proktor sakit gigi meringis,
Tetap jadi pahlawan sejati!


Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *