Operasi Hitung Pecahan dengan Permainan Pizza/Donat:Mewujudkan Pembelajaran Mendalam di Sekolah Dasar

Pendahuluan

Matematika sering dianggap sulit oleh siswa sekolah dasar, terlebih pada materi pecahan. Abstraknya konsep membuat banyak anak kesulitan memahami apa itu “setengah”, “seperempat”, atau “tiga per delapan”. Untuk itu, guru dituntut menghadirkan pengalaman belajar yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mendorong pemahaman yang mendalam.

Salah satu inovasi yang dilakukan di SD Negeri 105267 Sei Mencirim adalah penggunaan media pizza dan donat berbahan karton sebagai alat peraga operasi hitung pecahan. Media ini dipilih karena dekat dengan kehidupan anak, sederhana, sekaligus membuka ruang terjadinya pembelajaran mendalam (deep learning).

Pembelajaran Mendalam dalam Konteks SD

Menurut Kurikulum Merdeka, pembelajaran mendalam bukan sekadar siswa menguasai rumus, melainkan mampu memahami konsep, mengaitkannya dengan kehidupan nyata, serta menggunakannya untuk memecahkan masalah. Guru berperan mengarahkan agar siswa:

  1. Memahami secara konseptual (tidak hanya menghafal).
  2. Menghubungkan antarpengetahuan (misalnya antara pecahan dengan pembagian makanan).
  3. Menghasilkan karya/aksi (siswa menyusun, membagi, atau membuat model pecahan).
  4. Menginternalisasi nilai (belajar berbagi, bekerja sama, dan jujur).

Dengan demikian, pembelajaran mendalam bukan hanya soal kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Langkah Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran operasi hitung pecahan dengan permainan pizza/donat dilakukan melalui tahapan berikut:

  1. Apersepsi dan Konektivitas

Guru memulai dengan pertanyaan: “Kalau satu pizza besar dibagi empat, berapa bagian yang didapat masing-masing orang?” Pertanyaan ini menghubungkan materi pecahan dengan pengalaman sehari-hari siswa.

  1. Eksplorasi Konsep dengan Media Konkret

Siswa diberikan potongan karton berbentuk lingkaran yang bisa disusun menjadi pecahan (½, ¼, ⅛). Dengan praktik langsung, mereka tidak hanya “membaca pecahan”, tetapi juga merasakan makna pecahan sebagai bagian dari keseluruhan.

  1. Proses Inkuiri dan Penalaran

Guru memberi tantangan: “Kalau kamu punya ½ pizza dan saya tambah ¼ pizza, jadi berapa banyak pizza yang kamu miliki?” Siswa mencoba menjawab dengan menyusun potongan karton. Proses ini mengajak mereka menemukan rumus penjumlahan pecahan secara mandiri, bukan sekadar diberi.

  1. Kolaborasi dan Diskusi

Siswa bekerja dalam kelompok kecil, menyusun pecahan sambil mendiskusikan jawabannya. Kolaborasi ini menumbuhkan learning community yang mendukung pembelajaran mendalam.

  1. Refleksi dan Penarikan Makna

Guru menutup dengan refleksi: “Hari ini kita belajar pecahan lewat pizza/donat. Jadi, pecahan itu tidak hanya angka, tetapi bagian dari sesuatu yang nyata dalam hidup kita.” Di akhir pembelajaran, donat asli dibagikan untuk memperkuat nilai berbagi dan kebersamaan.

Hubungan dengan Prinsip Pembelajaran Mendalam

Inovasi ini mencerminkan pembelajaran mendalam karena memenuhi beberapa indikator berikut:

  1. Belajar Bermakna (Meaningful Learning)

Pecahan dikaitkan dengan konteks nyata yang dekat dengan siswa, sehingga konsep lebih mudah dipahami dan diingat.

  1. Berbasis Konsep, Bukan Sekadar Rumus

Siswa memahami mengapa ½ + ¼ = ¾, bukan hanya menerima hasil hitungan. Mereka mengalami sendiri melalui media konkret.

  1. Kolaboratif dan Partisipatif

Aktivitas menyusun pecahan dilakukan bersama-sama, mendorong interaksi sosial dan penguatan kompetensi sosial-emosional.

  1. Mengembangkan Karakter

Dengan berbagi donat di akhir, siswa belajar nilai kebersamaan, kejujuran, dan kepedulian. Ini sejalan dengan 8 dimensi Profil lulusan.

  1. Mendorong Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Siswa tidak hanya mengerjakan soal rutin, tetapi juga menalar, menyusun, dan menemukan konsep baru melalui inkuiri sederhana.

Penutup

Pembelajaran matematika melalui permainan pizza/donat menunjukkan bahwa inovasi sederhana dapat menghadirkan pengalaman belajar yang mendalam. Siswa tidak hanya menghafal rumus pecahan, tetapi juga memahami makna, mengaitkannya dengan kehidupan nyata, bekerja sama dalam kelompok, serta menumbuhkan karakter berbagi.

Inilah esensi pembelajaran mendalam: menghubungkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai kehidupan. Guru tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga memfasilitasi pengalaman belajar yang bermakna dan inspiratif.

Dengan inovasi seperti ini, pembelajaran matematika di sekolah dasar dapat menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu, bukan ditakuti. Siswa merasa belajar sambil bermain, sekaligus tumbuh sebagai generasi yang cerdas, kreatif, dan berkarakter.


Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *