Refleksi Hari Rabu, 30 Juli 2025
Pagi-pagi ayam belum sempat berkokok, saya sudah siap-siap ke SD. Jam menunjukkan pukul 07.15 dan saya sudah standby di SDN 105267 Sei Mencirim. Agenda pagi ini: take video untuk adegan “Bermasyarakat” dan “Penutup” program Sahabat Sekolah Dasar. Tentu saja, bersama Bu Tiolita yang energinya seperti WiFi full bar, nggak pernah putus. Beberapa surat dan berkas kegiatan pun disiapkan dengan penuh cinta dan cap jempol.
Jam 08.15 langsung tancap gas ke MTs Al Washliyah Medan Krio. Hari ini ada monitoring BOS dari Kabupaten. Saya dan Bu Titin (si bendahara andalan) sibuk bongkar dokumen: LPJ, instrumen, daftar belanja, semua dicetak dan didokumentasi. Ruangan penuh aroma kertas, kopi, dan… harapan.
Selain itu, saya juga mengejar target di EMISGTK: input jadwal guru, data siswa, cetak S25, kayak lomba ketik cepat tapi versi berdedikasi. Belum lagi revisi daftar belanja di ERKAM. Tugas numpuk, tapi semangat tetap kayak file PDF: nggak bisa diedit sembarangan.
“Di tengah tumpukan berkas dan suara printer yang merengek-rengek, kopi dan rokok adalah penyelamat jiwa. Bukan gaya hidup, tapi terlanjur jadi kebiasaan. Kopi bikin fokus, rokok kadang jadi sinyal ‘jangan diganggu dulu’. Kalau ditanya dokter? Ya, jawabannya jelas: nggak direkomendasikan. Tapi kalau ditanya staf TU? Jawabannya: lebih baik pakai kopi daripada pakai emosi.
Dibantu Pak Meladi yang penuh dedikasi. Bu Nori dan Bu Angga, diam-diam tapi sigap, seperti ninja administratif. Nggak banyak bicara, tapi kerjanya luar biasa.
Semua sudah hampir selesai, bahkan S25 sudah ditandatangani lengkap oleh guru dan Kepala Madrasah. Tapi… sampai jam 12.00 siang, tim monitoring belum juga datang. Saya jadi resah. Anak-anak di SD sudah menunggu, tapi untungnya Bu Suriana dengan senyum manisnya menggantikan jadwal les pertama sampai ketiga. Jadwal pelajaran matematika hari ini diganti jadi mulok. Sempat coba hubungi Bu Nurul, tapi katanya sore harus jualan. Ah, realita guru multitalenta!
Jam 14.30 tim monitoring masih belum kelihatan batang hidungnya. Bu Rahmawati, Bu Neneng, Bu Ar, dan Pak Ngasto mulai galau. Mau makan buah, takut kehabisan sebelum tamu datang. Dilema hidup sederhana yang nyata.
Sementara di SD, guru-guru juga mulai cemas. Bu Dhani dan Bu As kelihatan seperti mau undur diri pelan-pelan, takut saya minta tolong gantiin kelas. Sebenarnya PJOK hari ini, tapi guru PJOK izin karena urusan keluarga. Akhirnya saya izin ke Kepala Sekolah, bilang mau nengok anak-anak sebentar. Nggak enak juga hati.
Sampai di SD, wajah Bu As sudah kayak mode serius. Tangan kanan nyetempel buku, tangan kiri megang daftar nama. Saya nggak berani ganggu. Buku-buku paket baru harus segera dibagikan. Belum sempat ambil napas, telpon dari Pak Meladi masuk: “Pak, tim monitoring sudah datang.” Waduhhh… gaspol balik ke MTS!
Sampai di MTS, sudah ada Bu Prida, Bu Wildani, dan Bu Eva. Baru duduk, Pak Ngasto nyeletuk, “Cepat kali Bapak balik, kayak teleport.” Hahaha, saya jawab, “Udah kasih bola kasti ke anak-anak, langsung diam semua.”
Monitoring pun berjalan lancar. Tim memeriksa ERKAM, dokumen revisi, lampiran, bukti barang, kayak investigasi detektif tapi versi sekolah. Hasilnya: revisi lagi! Biaya fotokopi soal ujian diganti jadi belanja barang. Bu Eva ngasih saran pencatatan K7 yang lebih rapi. Bu Prida bilang, “Pak, ini segera dibereskan ya.” Terus menutup dengan, “Saya kalau ke Sunggal kayak ke rumah mertua. Berangkat kosong, pulang penuh bagasi.” Hahahaha… mantap.
Jam 15.50 saya langsung pamit. Anak-anak pasti udah nunggu. Sampai di SD, Bu As sudah bagikan buku. Dia bilang, “Pak, buku sudah boleh dibagikan ya.” Dalam hati saya bilang, “Makasih banyak, Bu… Ibu memang luar biasa.”
Anak-anak lanjut main kasti. Setelah itu refleksi kelas, piket, bersih-bersih, pel, siram bunga, dan… pulang. Saya pun pulang. Mandi, segar, buka laptop lagi. Tugas-tugas belum selesai, tapi saya sudah siap. Buat akun medsos SD, lengkapi pendaftaran Sahabat Sekolah Dasar, kirim video ke Bu Tio, selesaikan S29A dan lampirannya, serta finalisasi revisi ERKAM dan kwitansi K7.
Terakhir sebelum tidur, saya menulis artikel dan… catatan harian ini.
Hari ini bukan hanya tentang tumpukan tugas, tapi tentang perjalanan kecil dari satu titik tanggung jawab ke titik yang lain. Tentang bagaimana satu peran bisa merambat ke berbagai arah, dari kelas ke kantor, dari file ke anak-anak.
Semoga bisa terus jadi bagian dari kebermanfaatan, sekecil apa pun. Karena kalau tidak bisa jadi matahari yang menyinari, setidaknya saya ingin jadi air yang menyejukkan.
Sampai jumpa besok, dunia yang penuh warna dan file Excel!
Tinggalkan Balasan